Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia pada awal Januari 2025 telah menarik perhatian publik. Meskipun bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat, terutama anak-anak, program ini juga menghadapi berbagai tantangan dan keluhan dari penerima manfaat. Berikut adalah beberapa fakta menarik mengenai program ini, termasuk curhatan tentang rasa makanan yang hambar dan sistem reimburse yang diterapkan.

1. Tujuan Program MBG

Program MBG bertujuan untuk memberikan makanan bergizi secara gratis kepada balita, pelajar, ibu hamil, dan ibu menyusui. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun, program ini menargetkan untuk menjangkau tiga juta penerima manfaat hingga Maret 2025. Kepala Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menyatakan bahwa program ini merupakan langkah penting dalam pemenuhan gizi nasional.

2. Keluhan Rasa Makanan

Salah satu keluhan yang paling sering muncul dari siswa adalah rasa makanan yang disajikan. Banyak siswa mengeluhkan bahwa makanan yang mereka terima terasa hambar. Seorang siswa di SMP 1 Barunawati Jakarta mengungkapkan, “Bayamnya hambar, kurang garam.” Hal ini menunjukkan bahwa meskipun program ini bertujuan untuk memberikan makanan bergizi, kualitas rasa juga sangat penting untuk memastikan anak-anak mau menghabiskan makanan mereka.

3. Variasi Menu

Program MBG menawarkan variasi menu setiap harinya, dengan rencana menyediakan hingga 30 jenis menu yang berbeda. Namun, beberapa siswa masih merasa tidak puas dengan pilihan yang ada. Kepala Sekolah SDN Susukan 08 Pagi, Muhammad Mahrus, mencatat bahwa ada siswa yang tidak menyukai beberapa lauk yang disajikan, seperti tempe dan tahu. “Kendalanya kalau kita evaluasi itu dari masalah selera anak,” ujarnya.

4. Sistem Reimburse

Sistem pembayaran untuk program ini menggunakan model reimburse, di mana mitra penyedia makanan harus menggunakan modal pribadi terlebih dahulu. Setelah makanan disajikan, mereka akan mendapatkan penggantian dari Badan Gizi Nasional (BGN) setiap minggu. Kepala Chef SPPG Dapur Sehat Anak Bangsa, Jonie Kusuma Hadi, menjelaskan bahwa biaya makanan per porsi ditetapkan sebesar Rp10.000. “Kami modal dulu, nanti diganti mingguan dari BGN,” ujarnya.

5. Tantangan Pelaksanaan

Meskipun program ini telah diluncurkan, pelaksanaannya masih menghadapi berbagai tantangan. Beberapa daerah, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, belum memulai program ini karena persiapan yang belum selesai. Di Jakarta, baru ada empat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi, menyuplai makanan ke 41 sekolah. Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, menargetkan penambahan 13 SPPG untuk meningkatkan distribusi makanan.

6. Harapan untuk Perbaikan

Masyarakat berharap agar pemerintah dapat memperbaiki kualitas makanan yang disajikan dalam program MBG. Dengan mendengarkan masukan dari siswa dan orang tua, diharapkan menu yang disediakan dapat lebih sesuai dengan selera anak-anak. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa makanan tidak hanya bergizi, tetapi juga enak dan menarik bagi anak-anak.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan langkah positif dalam meningkatkan gizi masyarakat, namun masih banyak yang perlu diperbaiki. Dari keluhan rasa hambar hingga sistem reimburse yang diterapkan, semua ini menunjukkan bahwa keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, penyedia makanan, dan masyarakat. Dengan perbaikan yang tepat, diharapkan program ini dapat memberikan manfaat maksimal bagi anak-anak di Indonesia.